Jumat, 12 November 2010

MY SECOND SHORT STORY

MY LIFE

MY ADVENTURE

Suatu malam langkahku mengantarku untuk pergi kesuatu tempat. Dengan ditemani angin malam yang dinginnya bagai menembus tulang-belulang dan raungan srigala yang sangat lantang semakin membuat aku takut. Langkah ini sangat berat seperti menggunakan sepatu yang terbuat dari baja yang besarnya tidak terkira. Bukannya penakut, tapi tempat itu benar-benar menakutkan. Bahkan hanya tampak beberapa orang melewati tempat itu, dan jika dilihat orang-orang itu seperti terkena hipnotis karena mata mereka yang hanya tertuju pada satu titik didepan mereka. Dengan pelan-pelan aku ikuti mereka dan diluar dugaanku, mereka berhenti disebuah tempat yang mirip kuburan tua dengan pohon tua yang hampir roboh. Dan salah satu dari mereka mengenakan jubah yang berwarna hitam dan sebuah kapak yang sangat besar. Tibalah mereka ditempat tujuan yaitu sebuah bukit dengan ratusan tengkorak manusia yang sudah sangat tua. Dan baru kusadari kalau mereka sedang melakukan ritual semacam persembahan manusia dan orang yang menggunakan jubah tadi boleh disebut alojo-nya. Aku merasa sangat kasihan saat seorang wanita muda yang akan dipersembahkan tidak berdaya, tapi orang tuanya tidak bisa berbuat apapun karena pengaruh hipnotis yang bertahan lama. Aku tidak habis pikir, untuk apa manusia dikorbankan. Toh semuanya nanti juga akan mati.

Setelah lama aku mengintip, ternyata ada salah satu dari mereka yang mengetahui keberadaanku dan melapor kepada algojo. Seketika aku lari sejauh mungkin dan berhasil lolos dan masuk kesebuah gubuk tua yang tampak tak berpenghuni. Aku duduk disebuah dipan yang kotor, dan aku dikejutkan oleh seorang kakek yang berbaju lusuh dan cepat-cepat menyuruh aku untuk sembunyi. Akhirnya aku menemukan juga orang yang waras dan ternyata kakek itu sangat ramah. Aku lalu bermalam ditempat itu dan kakek itu sedikit bercerita tentang ritual yang rutin dijalani masyarakat desa itu.

Paginya kakek itu berjanji untuk menceritakan semuanya padaku, dan sangat aneh karena orang desa itu juga ramah sekali. Berbeda 1800 dengan yang semalam, mungkin aku benar saat berpikir orang desa itu terpengaruh hipnotis si algojo. Lalu aku diberi sarapan sebuah roti yang hampir basi tapi, aku makan juga. Aku benar-benar tidak pernah merasa lapar seperti ini sebelumnya

Setelah sarapan kakek tua itu bercerita tentang hal yang aku alami semalaman. Ternyata ritual itu memang merupakan tradisi daerah itu sejak jaman dulu, tapi masih melekat di diri masyarakat. Dan setiap sebulan sekali diadakan ritual tersebut, tepatnya hari kamis malam. Wanita-wanita muda biasanya dikorbankan karena masyarakat percaya kalau mereka tidak mengorbankannya, mereka semua akan diculik oleh setan atau sejenis dedemit. Dan biasanya orang tua mereka dihipnotis agar tidak melawan algojo dan agar orang tua dari anak yang dikobarkan itu tidak mengalami gangguan jiwa karena karena tidak rela apabila anaknya dikorbankan untuk ritual itu.

Malamnya aku tak bisa tidur dengan tenang, bukannya tidak nyaman dengan dipan yang disediakan oleh kakek itu, tapi aku terpikir oleh ritual yang meresahkan sebagian masyarakat ini yang menurutku masih didaerah pedalaman yang masih asing dengan komunikasi modern. Buktinya hp-ku saja seperti tidak berguna disini karena jaringan sinyal tidak mungkin sampai didaerah pedalaman seperti ini. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menolong tanpa bantuan kepolisian atau sekedar teman yang bisa membantu? Apalagi penduduk desa itu sepertinya sangat pasrah terhadap takdir yang akan mereka hadapi. Mungkin sudah banyak korban yang tewas karena melawan ‘sang algojo’ dan penduduk itu takut juga. Sepertinya aku harus memikirkan itu besok, saat pikiranku sudah tenang kembali dan mengistirahatkan tenagaku.

“ Kakek, apakah dulu sudah ada yang berani melawan ritual itu?” tanyaku pada kakek setelah selesai sarapan pagi.

“ Sudah, tetapi orang itu dibunuh karena dianggap menghianati nenek moyang kami & mayatnya dibuang kesungai agar tidak ada yang dapat mengenangnya lagi. Sungguh mengenaskan sekali”, jawab kakek dengan singkat.

“ Kakek, mungkinkah saya dapat menolong penduduk desa ini?” tanyaku lagi.

“ Jangan nak! Kamu terlalu kecil untuk menolong kami semua, lagipula algojo itu kejam. Tapi, kalau kamu benar-benar ingin menolong, kakek bisa menolongmu sedikit”.

“ Baik kakek, tapi apa yang bisa saya lakukan?” tanyaku setelah mulai bersemangat lagi.

“ Begini, kamu harus mencari bambu yang berwarna hitam dan tancapkan pada jantung algojo. Kamu harus mencari bamboo itu dihutan terlarang yang tidak ada orang yang berani pergi kesana, tapi ingat kamu harus pergi sebelum matahari terbenam, karena banyak yang mengatakan kalau kamu tidak akan bisa kembali lagi. Kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita berangkat bersama, kakek khawatir karena hutan itu sangat berbahaya.”

“ Baik kakek, kita harus berusaha ya!” kataku dengan semangat. Kakek lalu tersenyum melihat semangatku yang menggebu-gebu.

Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh kakek, katanya jarak hutan terlarang itu cukup jauh, dan bamboo hitam itu sangat langka didesa itu. Jadi pukul 03.30 pagi aku sudah disuruh mandi dan bersiap dengan segala perlengkapan yang sudah disiapkan oleh kakek semalam. Aku jadi heran mengapa kakek itu hidup sendiri ya? Oh iya, nanti adalah kesempatan untuk mengobrol panjang dengan kakek. Aku harus bersiap, kakek sudah memanggil-memanggil dari tadi.

Wah! Ternyata hutan itu saangat indah, dengan pepohonan yang indah disepanjang jalan, gemercik sungai yang sejuk & bau rumput-rumput yang segar. Mengapa hutan seindah ini disebut hutan terlarang? Mungkinkah ini tempat orang yang melawan algojo itu dibunuh? Hiii! Aku jadi ngeri membayangkannya, oh iya aku lupa untuk bertanya pada kakek.

“ Kakek apakah dulu keadaan desa seperti ini? Saangat iiironis!” tanyaku dengan nafas tersenggal-senggal Karena jarak yang ditempuh ternyata sangat jauh. Kuperkirakan jaraknya 10 km. Untung kami berangkat pagi, kalau tidak, mungkin kami sampai dihutan sudah malam.

“ Tidak nak, dulu keadaan desa ini sangat tentram dan aman. Tapi, setelah kedatangan algojo itu, sekitar 10 tahun yang lalu, kehidupan kami berubah. Kami sudah tidak bisa berkumpul bersama lagi.” Kata kakek dengan muka sedih.

“ Bagaimana dengan kakek sendiri?” tanyaku berhati-hati agar tidak salah paham.

“ Dulu, istri kakek sudah meninggal, dengan dibunuh algojo juga nak! Karena istri kakek menentang algojo untuk menyerahkan anak semata wayang kami.”

“ Maaf kakek, sudah mengingatkan masa lalu kakek yang suram. Tapi bukankah sebentar lagi kita akan bisa mengalahkan si algojo itu!”

“ Tidak apa-apa nak! Kakek sudah merelakan mereka pergi kok. Jangan khawatirkan kakek lagi ya! Kata kakek dengan tersenyum.

Tibalah kami didepan pohon bamboo hitam yang dikatakan kakek kemarin. Ternyata pohon itu kecil, tapi susah diambil. Untung kakek sudah menyiapkan alatnya, dengan hati-hati kakek itu mengambil sebilah bamboo dan meruncingkan ujungnya. Lalu kami segera pulang agar sampai rumah belum gelap.

Tibalah waktunya! Hari ini adalah malam jum’at, jadi hari ini ritual dilakukan seperti biasa. Aku dan kakek mengikuti langkah mereka dan hanya sebentar kami sudah sampai dibukit yang menyeramkan itu. Tapi, tidak terlalu menyeramkan seperti pertama kali aku kesini. Lalu acara pun dimulai, aku hanya mengawasi algojo yang sudah menyiapkan kapak yang saangaat besar. Iiiihh! Ngeri sekali, tapi aku harus berusaha untuk penduduk desa itu. Dan saat algojo itu hampir mengangkat kapak itu, aku lemparkan bamboo hitam itu tepat didada bagian kirinya. Apa yang terjadi? Dia langsung menghilang tanpa jejak & penduduk itu lalu pingsan dan hanya beberapa saat mereka sudah bangun. Ucapan terima kasih banyak terucap dari mereka semua dan aku harus kembali pulang kerumahku yang sebenarnya.

Sebagai tanda terimakasih mereka mengantarku sampai kejalan raya yang cukup jauh. Kami menempuh perjalan menggunakan sebuah mobil tua, tapi cukup nyaman juga. Lalu tibalah kami dijalan raya, tapi ternyata jalan itu sangat sempit. Mobil kami bergoyang, aku terjatuh ke bawah tebing dan…..

Bukk! Aduh!! kepalaku terbentur lantai kamarku. Ya Ampuuun! Ternyata petualangku tadi hanya sebuah mimpi, tapi walaupun hanya sebuah mimpi, aku belajar banyak dari mimpiku. Yaitu kita harus menolong orang yang kesusahan. Ya ampun! pasti karena aku nonton film horror semalam. Sekarang aku kapok nonton film horror. Iiiiihh ngeri banget! Buat yang baca cerita ini, HAVE A NICE DAY YEAH!!!

o0o-SELESAI-o0o

MY THIRD SHORT STORY

Hari ini adalah hari pertama libur sesudah pengambilan raport. Hmm nilaiku turun lagi, kemarin jumlah raportku 999, sekarang menjadi 990. Penurunan yang sama sekali tak kuharapkan. Aku berharap nilai ku naik menjadi 1000-an lah. Tapi kenyataanya?

Sudahlah aku hanya bisa menyesali semuanya. Apa karena waktuku habis hanya untuk bermain, atau menyelesaikan cerpen-cerpenku? Ya, aku suka menulis cerita/ hanya sekedar corat-coret buku. Aku bercita-cita untuk bisa menjadi pengarang novel yang terkenal tapi, kadang aku juga berharap menjadi ilmuwan. Membingungkan memang.

Tapi pasti bukan hanya itu. Nilaiku tidak menurun hanya karena banyak menulis cerpen. Pasti karena ada sesuatu yang mengganjal dipikiranku yang takkan bisa kulepaskan. Selalu ada saat aku melakukan segala aktivitas. Apakah ini? Aku selalu memikirkannya siang malam pagi dan sore.

Teman-temanku juga merasakan ada hal berubah padaku. Katanya aku berubah sifat, menjadi pendiam atau sering melamun. Boleh dibilang ganti sifat, tapi aku kok nggak ngrasa apa-apa. Kemarin pas aku tanya temen aku yang bisa disebut temen deket. Katanya biasa-biasa aja tuh, nggak ada yang berubah. Aku juga heran, cuma beberapa temen aku yang bilang begitu. Ya sudahlah…..

Pagi ini kulalui dengan perasaan kesal, sebab kakakku berjanji akan mengajakku jalan siang ini, tapi karena hari sangaat panas, janjinya dibatalkan. Ngeselin nggak sech? Udah bangun pagi, ternyata batal. Uh biasanya hari libur begini aku tak bisa bangun pagi. Kenapa yah? Mengapa aku semangat sekali lalui hari ini? Mungkinkah ada sesuatu yang membuat hidup seseorang lebih bergairah? Mungkin ini hanya kebetulan, karena aku kesenagan mau diajak jalan. Soalnya aku udah bosen baget sekolah, jadi waktu yang singkat itu mau aku gunakan untuk bersantai seharian. Tapi kayaknya semua itu takkkan terjadi. Hikss…..

Hari yang ditunggu telah tiba. Hari ini aku pertama masuk sekolah untuk tahun ajaran baru. Mungkin aku kurang membiasakan diri untuk berbicara didepan umum, jadi aku tidak begitu tertarik untuk berkenalan dengan murid-murid baru. Bukannya aku sombong, tapi, aku masih marah dengan sikap teman-temanku 3 minggu yang lalu. Mereka berfikir aku telah berubah, dan seharian aku dicuekin. Sendiri, sepi, hanya ditemani angina yang berlalu seakan mengejekku dengan cercaan khas mereka. Untung hari ini aku cukup beruntung, ada anak baru yang mau berkenalan denganku. Orangnya cantik, tapi tetap saja ramah. Mungkin dia bisa menjadi temanku, setidaknya untuk beberapa tahun lagi. Ini memang gila, tapi aku pikir mereka tidak akan marah lagi untuk satu menit. This Is The Live..

Benar sekali dugaanku, sebentar saja mereka sudah memaafkanku. Inilah arti teman, mungkin mereka akan meninggalkan kita, tapi tidak untuk selama-lamanya.

BERBEDA

aku berteriak pada batin dihatiku
mencoba melepaskan semua hal
hal yang selalu kupikirkan
hal yang semua orang bicarakan
dan permasalahkan,,,,,,

disaat orang lain
mencoba menikmati 'dunia baru'
aku malah terpuruk
sendirian di'duniaku' yang kelam

memang aku tak mengenali
dunia luar yang mereka bicarakan
yang mereka tahu
aku hanyalah debu masa lalu
yang berterbangan
menjauhi mereka

BEDA.....! adalah istilah
yang begitu tepat
untuk menggambarkanku kini
tetapi aku terus mencoba menjadi SAMA
dengan senyuman dan canda palsu

tetapi, biarlah...
mereka menganggapku BEDA
atau mengira aku terbelakang
asal jangan pernah menganggapku
TIDAK BERHARGA LAGI
dimata mereka

karna kuyakin
orang yang menganggap orang lain
layaknya aku TAK BERHARGA
lebih tak berharga lagi
bak kenangan pahit
dimasa lalu
yang mustahil dikenang....